Belajar untuk hidup dari hidup, belajar untuk berjuang dari perjuangan.

Kegiatan bersih bersih kamar, bisa jadi kegiatan paling melelahkan namun kadang bisa jadi kegiatan paling mengharukan. Barang barang usang berdebu yang tersimpan di sudut paling ujung lemari, terkadang bisa menyelipkan senyum tipis juga deraian air mata yang tak henti. Bersama dengan potongan potongan memori indah ataupun pahit yang rekamnya tak hilang dari hati. Dia tersimpan di satu satu lini hati, terkadang terlupa karena sibuknya diri, akan tetapi dia tak akan hilang, dia ada di sana, selalu, untuk kita ingat kembali di waktu waktu seperti ini.
Rasa apa yang tersimpan dalam kenangan? Rasa itu indah menghangatkan hati, apapun yang telah terjadi dalam kenangan… bahagia, gelak tawa, tangis, kecewa, haru, apapun itu akan terasa hangat dalam hati. Bila dia bahagia, kita kan merindu, bila dia pahit dan menyedihkan, kita kan bersyukur. Bersyukur karena kita telah melewati semua itu, yang dulunya kita anggap mustahil, terlalu berat dan menyakitkan, padahal apapun yang terjadi, bumi akan terus berputar, hari hari akan berlalu, mengantarkan kita pada hari ini, di mana semua tadi tinggal kenangan dalam hati.
Sekali kali kita perlu memanggil kenangan untuk hadir, sekedar refleksi diri, bahwa banyak yang sudah terjadi pada diri, banyak yang sudah dilewati dalam hidup ini, bahwa banyak yang perlu disyukuri dalam hidup ini, bahwa tak ada yang pasti dalam hidup ini.
Ada mimpi mimpi dan cita cita dalam kenangan yang dulunya selalu kita dambakan, namun saat ini kita berada pada jalur lain yang tak kita sangka sangka, mimpi mimpi itu juga akan membuat kita sadar, bahwa kendali bukan di tangan kita, tapi ada pada Yang Maha Kuasa.
Ada orang orang yang dulu selalu menemani kala suka dan duka. Kemudian saat ini kita tak lagi tau apa kabar mereka, satu persatu pergi, baik dari dunia ataupun sekedar hilang tempatnya di hati. Membuat kita sadar bahwa manusia datang dan pergi, pada akhirnya hanya Allah lah saja tempat mengadukan segala isi hati.
Ada dulunya tangis tak henti di tiap sunyinya malam, ada sakit yang bertahun tahun berdiam dalam diri dan tak kunjung pergi, saat ini semua tinggal kenangan dan kita bahkan lupa akan semua, menyadarkan kita bahwa apapun yang terjadi, kita perlu sabar mengobati diri.
Ada dulunya nikmat hidup dan bahagia yang kita rasakan setiap hari, kini bahagia itu hilang, nikmat itu tak lagi ada di depan mata, hilang bersama dengan hilangnya hari hari indah dan penuh gelak tawa, hanya menyisakan air mata dan kesedihan yang belum kita tau ujungnya. Tak apa. Hapus air mata itu, bukankah itu menyadarkan kita pula bahwa hidup kadang di atas dan di bawah. Allah memutar roda kehidupan dan memberikan cobaan untuk menguatkan. Agar kita tak jumawa dan lupa dari mana kita berasal.
Belajarlah dari kenangan. Ambil hikmah dan segala pelajaran. Rasa rasa beraneka ragam dalam kenangan yang berdatangan silih berganti akan menguatkan. Lalu hiduplah dengan ridho pada apa yang ada di depan mata saat ini. Kelak toh dia akan menjadi kenangan jua. Buatlah kenangan yang hangat untuk selalu diingat. Kenangan yang tak ingin kita lupakan. Kenangan yang selalu tersimpan dalam hati dan mengingatkan kita untuk terus maju dan berjuang.
Tak ada yang salah dari mengingat masa lalu. Mengingat bukan berarti harus mengulang. Apa yang pahit tinggalkanlah dan ambil segala pelajaran. Apa yang manis syukurilah. Rasa yang ada dalam memoar terdalam itu akan terus ada walaupun sesekali tak kita gubris. Dia akan mengingatkan kita bahwa kita pernah tau rasanya terjatuh, pernah tau rasanya berjuang, pernah tau rasanya senang dan bahagia. Dia akan mengingatkan kita bahwa kita bisa bangkit saat itu, bahwa Allah tak pernah meninggalkan kita di saat keadaan kita hancur penuh dosa, di saat kita tak tau hendak kemana. Semua rasa itu akan terus ada untuk mengajarkan kita menjadi manusia yang lebih baik dari hari ke hari.
Kita perlu penghargaan diri pada rasa yang datang. Jangan membuang rasa rasa tadi hanya karna kita merasa tidak nyaman dan tidak pantas. Kita membohongi diri sendiri karena tidak nyaman merasa sedih, tidak suka merasa kecewa. Kita menahan diri sendiri karena tidak pantas merasa senang, tidak pantas bahagia. Padahal rasa rasa itu, senang, sedih, cinta, semuanya sudah ada yang mengatur. Semua adalah bukti bahwa hati kita berada antara dua jari Ar-Rahman. Bahwa Dialah yang membuat kita tertawa, menanam rasa cinta bahkan tangis dalam hati kita.
{ وأنه هو أضحك وأبكى }
{ Dan Dia lah ( Allah ) yang membuat tertawa dan menangis }.
Oleh karena itu, berdoalah agar Allah berikan keridhoan dan kelapangan hati atas segala takdir. Karena kita sudah belajar dari kenangan, bahwa hal baik dan hal buruk bergantian datang dan pergi. Tak ada bahagia yang abadi di dunia sebagaimana tak ada sedih tanpa penghujung. Setiap kesulitan pasti akan diiringi oleh kemudahan, bukankah itu janji Ar Rahman ?
Maka bagaimana kita menyikapi segala macam keadaan adalah hal yang perlu kita pelajari. Bukan bagaimana menghindari orang orang yang bisa saja menyakiti, akan tetapi bagaimana kita bereaksi bilamana suatu saat orang orang seperti ini hadir kembali.
Kita akan terus belajar sampai datang waktunya untuk kembali. Belajar mengatur hati, belajar mengatur pembawaan diri pada tiap situasi.
Belajar untuk hidup dari hidup, belajar untuk berjuang dari perjuangan.
Belajar dari kenangan dan tiap detail rasa di dalamnya. Rasa yang beberapanya bahkan tak punya kata dalam bahasa, yang bahkan terkadang tak dimengerti oleh hati itu sendiri, yang hanya dipahami oleh Sang Pembolak balik hati…
WaAllahu a'lam bisshowab.
Madinah, 18 Dzulhijjah 1442 H.
🤍