
Sudah duduk di pesawat lagi, padahal pulang rasanya baru kemarin sore.
Kalau kata nenek, “mimpi kamu pulang saja belum tersadar… sudah mau balik lagi”
“Kita belum sempat cerita-cerita, bagaimana kuliahnya, hafalan alquran nya, teman-temannya” lanjutnya.
Pulang-pulang sebentar begini terkadang memang menambah rindu yang belum selesai saja. Tapi, rasanya rindu memang tak pernah selesai, ya? Ah, pokoknya begitulah ..
Yang terpenting memang, syukurnya. Supaya Allah selalu tambah nikmatnya.
Ada ilmu yang perlu dijemput di kota tempat hijrahnya Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam itu.
Selalu harus ingat, untuk perantau menuntut ilmu dimanapun berada, kalau ilmu tak akan memberimu sepenuh dirinya walau engkau memberikan sepenuh dirimu. Lalu bagaimana kalau malas-malasan? Berapa per seratus ilmu kira-kira yang akan tergayung ?
Ummat membutuhkan dakwah islam kembali tegak. Apalagi di zaman yang sudah abu mana haqq dan mana bathil. Butuh mereka yang menyampaikan dengan ilmu. Bukan pula mereka yang hanya koar-koar tanpa dasar dan pondasi.
Maka dari itu, teruslah belajar. Manfaatkan waktu di manapun dan kapanpun. Baca, tulis, pahami, amalkan, sampaikan. Ulangi terus sampai akhir hayat. Cobalah untuk memaksimalkan seluruh detik yang dipunya. Karena nikmat belajar tak didapat semua orang. Sekali Allah berikan nikmat itu, jangan kufur (nikmat), manfaatkan seada-adanya, setiap menit dan detiknya.
Jangan terlalu sering kendor semangat. Ingat ! Ummat menunggu dengan harap. Bila yang diharap membantu ummat saja tak bersemangat, bagaimana pula cita-cita menyebarkan Islam dengan baik itu bisa terealisasikan ? Bukankah itu jadi dekat pada mustahil daripada mungkin ?
Jangan lupa juga untuk terus ikhlaskan niat, belajar bukan untuk keren-kerenan, apalagi sombong-sombongan. Ketaqwaanmu tidak ditentukan sama sekali dari tempat mana engkau belajar. Kalau ilmu mu tak berbekas amal, alih-alih menjadi hujjah untukmu, malah jadi hujjah atasmu dan malapetaka di akhirat kelak.
Dalam hidup dan bermuamalah pun jangan sekali kali memandang manusia selainmu rendah dan hina. Atau menganggap dirimu lebih baik karena belajar agama. Lalu pamer kefasihan kalimat dengan berucap kata kata tinggi makna namun terkesan merendahkan lawan bicara. Hal itu malah akan memperjelas kebodohanmu karna tak bisa menyesuaikan maqol dengan maqom, tak bisa menyelaraskan topik dengan kemampuan berpikir audience.
Sekian dulu, nasehat untuk diri sendirinya. Semoga yang membaca juga bisa mengambil faedah dari nasehat ini.
Dengar-dengar Madinah dingin sekali. Semoga musim dingin kali ini bisa barokah, dengan banyak puasa dan mudzakaroh.
Indonesia juga sedang musim hujan. Semoga banyak do’a mustajab dari hati-hati yang tulus berharap….
Langit Colombo
22/5/1441 H
Comments