(mencoba menjawab pertanyaan ; si Fulan maksiatnya banyak, tapi hidupnya enak enak aja )
Jangan merasa aman kalau setelah mengerjakan dosa, Allah tidak tegur. Jangan juga merasa aman kalau setelah melakukan maksiat tidak ada musibah yang datang. Atau merasa terjamin begitu saja kalau istighfar dosanya pasti hilang. Emang, siapa yang jamin?
Karena sebenarnya, maksiat yang mengundang maksiat lain itu adalah bentuk azab dari Allah. Maksudnya? Ya, kalau misalnya si A melakukan maksiat 1, mendengarkan musik misalnya, kemudian melakukan maksiat 2, mendengarkan musik lagi + nonton film2 yang mamerin aurat yang gak seharusnya diliat, terus melakukan maksiat 3 maksiat 4 maksiat 5 begitu seterusnya, tapi hidupnya tetap enak, adem ayem, duit masih ngalir aja, keluarga semua sehat wal ‘afiyat, pendidikan dan urusan pasangan lancar selancar jalanan Jakarta kalau lagi ‘idul fitri, perlu disadari kalau itu adalah bentuk akibat terburuk dan termengerikan dari melakukan sebuah maksiat, terseretnya maksiat maksiat lain akibat dari maksiat pertama yg dilakukannya tadi.
Singkatnya, hukuman dari sebuah maksiat itu sebenarnya adalah maksiat selanjutnya, sebagaimana hadiah dan ganjaran dari sebuah ibadah adalah ibadah selanjutnya.
Jadi, kalau ada seseorang yang berbuat maksiat setelah itu Allah kasih dia cobaan atau ujian karena maksiat dia tersebut, menyadarkan dia untuk bertaubat dari maksiatnya maka orang itu harus bersyukur sebanyak banyaknya walaupun mungkin ujian yang Allah kasih terasa berat, tapi itu akan jadi lebih baik daripada Allah biarkan dia ada di lubang maksiat yang super duper mengerikan.
Sebaliknya, kalau ada orang yang beribadah, sholat misalnya, tapi habis sholat masih apel sama lawan jenis, dia harusnya waspada dan bertanya-tanya ‘apa ibadah sholat saya diterima sama Allah atau gak?’ karena seharusnya ibadah itu akan mengundang ibadah-ibadah lainnya, bukan stuck di situ aja. Kalau sholat jalan, maksiat juga jalan, berarti ada yang harus dipertanyakan dengan sholatnya.
Allah juga sudah ingatkan di dalam Alquran kalau orang yang berbuat maksiat akan dihukum dengan maksiat yang selanjutnya, di surat Al-Baqoroh ayat 10 :
{ في قلوبهم مرض فزادهم الله مرضا و لهم عذاب أليم بما كانوا يكذبون }
{ di dalam hati – hati mereka ada penyakit, maka Allah tambahkan penyakit itu di hati mereka dan bagi mereka adzab yang pedih karena apa – apa yang mereka lakukan }
Jadi, jangan merasa aman kalau berbuat maksiat tapi masih dapat nilai 100 waktu ujian, hm, habis itu dengan santainya bilang “maksiatnya gak ngaruh kok ke nilai ujian”. Itu omong kosong orang-orang yang gak paham hakikat dosa. Karena dosa dosa selanjutnya yang dia kerjakan sambil ‘merasa aman’ itulah sebenarnya hukuman yang Allah turunkan buat dia !
Madinah Al-Munawwarah
20 Dzulqo’dah 1439 H / 2 Agustus 2018 M
Kommentare