bismillah..
Aku pernah menikmati senja
Aku pernah mengagumi purnama
Lalu aku jatuh cinta
dan berharap mereka kekal usir sepi yg tak sirna
namun,,
mereka pergi
menyisakan kecewa tanpa basa basi
lalu mereka datang kembali
dan aku,
ntah bodoh atau lupa akan sakit yang kurasa
kembali jatuh cinta dan berharap
kemudian terulang lagi kecewa yg pernah hinggapi rasa
Saudara saudariku yang kucintai karena Allaah..
Kehidupan selamanya tak akan luput dari sebuah impian, secercah harapan, setumpuk keinginan, segudang cita cita, dan se se yang lain yang tersimpan dalam hati seorang hamba. Bohong ketika seseorang berkata bahwa dia tak punya impian dan cita-cita, atau dia berargumen bahwa hilang sudah harapannya untuk hidup karena tak satupun hal yang dia inginkan berjalan sesuai rencananya. Setidaknya, sekurang-kurangnya, di dalam dadanya masih ada hati yang terus bergejolak menginginkan kebahagiaan, menginginkan kehidupan yang nyaman, dimana hatinya terasa tentram dan jiwanya merasa damai.
Lalu mulailah gejolak hati itu mencari dimana dia bisa temukan apa yang diinginkannya, ada manusia yang dengan sadar bergerak mencarinya, ada pula yang di bawah alam sadarnya tanpa rencana apa apa terus berjalan mencoba mencari dimana bisa dia dapatkan keinginan hatinya. Entah itu pekerjaan, pendidikan, percintaan, persahabatan, kesuksesan, ketenaran, uang, pamor, harga diri, jabatan, kebebasan, kekayaan, atau sebutlah apa saja yang manusia harapkan dari dunia ini.
Saat itu, saat manusia sedang mencari, kebingungan entah dimana tempat yang sebenarnya dia tuju, dia akan dihadapkan pada bermacam macam pilihan, atau sebutlah, bantuan.
Ketika si faqir mencari pendapatan, datang padanya seorang derma menawarkan pinjaman. Tanpa bunga.
Ketika si pengangguran mencari pekerjaan, tertuju matanya pada ‘butuh lowongan pekerjaan’
Ketika si lajang sedang mencari cinta, datang wanita cantik yang ketuk pintu hatinya
Ketika si kakak yang baru tamat SMA hampir putus asa, karna rasanya tak satupun PTN yang akan menerimanya, dikejutkan dia dengan undangan kuliah di universitas luar negara
Ketika si pemalu dan si kurang pergaulan berusaha di terima di lingkungannya, namun tetap saja tak ada yang mau dekat dengannya, tiba tiba datang si murah senyum dan si yang disukai oleh banyak orang mengajaknya ngobrol, bercanda, dan bermain
Masih banyak ketika dan tiba tiba lain yang terjadi di dunia ini, siang dan malam, setiap orang berharap, lalu mendapatkan harapannya, lalu percaya, lalu kecewa, lalu putus asa, kemudian berharap lagi, dan kecewa lagi.
kecewa
ya, kita tak tau bagaimana akhir cerita si faqir tadi, si pengangguran tadi, si pencari cinta tadi, si pemalu tadi, entah bagaimana akhir cerita mereka, tapi tak ada yang menjamin bahwa mereka tak diberi harapan palsu.
Sama mungkin seperti cerita kita, saya dan anda. Pernah berharap dan terlanjur percaya, kemudian dikecewakan.
Saudara saudariku yang kusayangi karena Allaah..
Begitulah skema kekecewaan dalam hidup, kenapa kecewa? Karena saya pikir kecewa merupakan salah satu perasaan paling menyakitkan dalam kehidupan seorang hamba. Bahkan terkadang lebih menyakitkan dari kesedihan. Karena kecewa biasanya berujung kemarahan, dendam dan putus asa.
Manusia terus berharap dan berharap pada manusia, pada rekan kerjanya, pada teman sejawatnya, pada pasangan hidupnya, bahkan pada orang tua dan keluarganya. Tak ada salahnya berharap, tapi ada satu hal yang harus diingat, bahwa manusia adalah makhluk pemberi harapan palsu..
Mungkin bukan maksud awalnya memberikan kita harapan palsu. Tidak sama sekali. Tetapi, entah ada kejadian apa yang terjadi di dalam hidupnya, sehingga dia mengenyampingkan kita dan memprioritaskan egonya, padahal tadinya kita adalah prioritas, sehingga kita percaya kepadanya dan kemudian tiba tiba kepercayaan itu sirna, sirna bersama sirnyanya purnama di waktu fajar. Karena tak menutup kemungkinan, orang yang tempatnya paling spesial di hati kita sekali pun, bisa. Bisa mengecewakan kita.
Bahkan lihatlah diri kita sendiri, mungkin adalah salah satu dari pemberi pemberi harapan palsu itu.
Rasanya tak perlu dijelaskan panjang lebar bagaimana harapan palsu itu menghancurkan kepercayaan dan menumbuhkan kekecewaan, menjelaskannya hanya akan memperjelas perasaan yang tak ingin kita perjelas.
Ali bin abi Tholib pernah berkata (atau seorang sahabat/tabi’in) :
“Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia”
Saudara saudariku yang kurindukan karena Allaah..
Kalau manusia adalah pemberi harapan palsu, maka mulailah untuk pergi dan berlari. Tinggalkan berharap terlalu tinggi pada manusia dan berharaplah pada satu satunya Pemberi harapan pasti. Bukan palsu. Ada yang ketika kita berharap tak akan pernah mengecewakan. Ada yang ketika kita percaya tak pernah mengkhianati. Ada.
Dialah yang membuatmu sampai sekarang tetap hidup dalam keadaan sehat
Dialah yang membuatmu tetap tersenyum walau hatimu tak seindah senyummu
Dialah yang membuat raut wajahmu bahagia walau di matamu ada air mata yang terbendung
Dialah satu satunya yang mengerti di saat tak ada satupun makhluk di bumi ini yang mengerti apa yang kau rasa
Dialah yang selalu dan sampai kapanpun menyayangimu walau terkadang engkau lupa terhadap-Nya..
Ya..engkau masih ada Allah yang menunggu segudang harapanmu dari atas langit ketujuh dan tak akan pernah mengecewakanmu..
Karena bila harapan itu terjadi dalam hidupmu, maka engkau tau bahwa Allah telah mengabulkan seluruh pintamu
Namun apabila engkau tak jua lihat harapan itu berubah jadi kenyataan, engkau pun tau bahwa Allah siapkan sesuatu yang lebih indah dari harapan tersebut, atau Allah tangguhkan dia di waktu yang lebih indah dari yang engkau rencanakan..
Kita sibuk dengan perasaan kita dan lupa bahwa kita melalaikan hak hak Allah. Padahal perkaranya akan jadi gampang apabila kita menengadahkan tangan kepada-Nya. Allah bahagia dengan banyaknya permintaan. Manusia kesal dengan banyaknya permintaan. Allah menunggu kaduan dan impian. Manusia menunggu berhentinya kaduan dan impian. Lalu kita manusia dengan bodohnya memilih manusia dan meninggalkan Allaah ?!
Padahal bila Allah telah mencintai seorang hamba, Dia akan menjadi pendengaran yang hamba tersebut mendengar dengannya, penglihatan yang hamba tersebut melihat dengannya, kaki yang hamba tersebut melangkah dengannya, lalu apakah mungkin Allah akan menyia nyiakan permintaan hamba tersebut?
Dan yang terpenting
Allah mampu atas segala sesuatu
Hal yang mustahil bisa menjadi nyata
Hal yang tak mungkin bisa menjadi sebab
Manusia tak mampu kecuali bila Allah izinkan
Langsung saja minta pada yang mampu atas segala sesuatu. Bila kita berakal.
Saudara saudariku…
Berharaplah pada Allah saja
memintalah kepada-Nya
menangislah
tersungkurlah
meraunglah
karena Allah menunggu dan bahagia atas itu semua
karena Allah adalah Pemberi harapan pasti
Tinggalkanlah manusia
tak ada yang perlu dibanggakan dari manusia
karena manusia hanyalah makhluk pemberi harapan palsu
disengaja ataupun tidak…
berwudhulah
ambil sajadah
sholat dua rokaat
dan mohon pada Allah apa saja yang engkau inginkan…
Selamat mencoba
waAllahu a’lam bisshowab
Madinah Al Munawwarah,
Selasa, 7 Dzulhijjah 1439 H
12:44 p.m
Comments