bismillah
Ukhti fillah
Tentu semua kita pernah berkunjung ke rumah sakit. Entah itu untuk berobat, sekedar check up, atau menjenguk orang-orang yang sedang sakit. Hawa rumah sakit adalah hawa yang khas, bau obat dan bahan kimia menjadi ciri pasti untuk mendeskripsikan bagaimana tidak mengenakkannya harus terkungkung di rumah sakit. Belum lagi jarum suntik atau pisau pisau aneka rågam yang tersimpan dalam laci laci para dokter. Pandangan kita selalu akan tertuju pada wajah wajah manusia yang memelas menahan kesakitan, atau telinga kita yang tak lepas dari tangisan anak anak yang belum paham bagaimana mereka harus menahan rasa sakit yang mereka rasakan. Ya, begitulah rumah sakit.
Ketika menjenguk saudara/kerabat/sahabat yang sedang sakit, pernahkah terpikir siapa yang akan menjenguk saya nanti bila saya sakit? Adakah yang akan ingat dengan saya? atau saya haya akan terbaring kaku sendirian di dalam ruang rumah sakit?
Pernahkah terpikir ketika menyolati jenazah tentang siapa yang akan menyolati kita nanti bila kita telah tiada? Akankah ada tangis sedu di samping jasad kita, atau malah manusia senang atas kematian kita karena berkurang kejahatan yang mereka dapatkan.
Atau akankah manusia tetap mengingat kita ketika nanti kita telah tiada? Atau nama kita hanya akan hilang bersama hilangnya tulisan di nisan kita?
Ukhti fillah
Berbuatlah kebaikan di bumi ini, maka manusia akan senantiasa mengingatmu, walau engkau telah tiada. Tebarkanlah kedamaian di antara manusia hingga manusia tidak menyebut namamu kecuali mereka akan merasa tenang. Ajarkan kepada manusia ilmu ilmu bermanfaat yang engkau ketahui, sehingga manusia mengambil manfaat darimu, bukan mudhorot. Bantulah mereka yang membutuhkan semampumu, sesungguhnya manusia akan merasa senang ketika diperhatikan. Berkontribusilah dalam dakwah islam semampumu, ambil bidang yang kau kuasai dan perdalamlah. Maka namamu dengan izin Allah akan selalu dikenang.
Lihatlah Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam, 1400 tahun yang lalu beliau hidup. Namun nama beliau sampai saat ini terpatri dalam dada dada orang beriman, tak pernah sirna. Beliau diingat karena kebaikannya, akhlak mulianya, kejujurannya, oh sungguh beliau shollallahu ‘alaihi wa sallam diingat hanya karena kebaikan.
Bertanyalah pada diri ini, siapakah yang akan mengingatmu setelah engkau mati?!
Bukan karena kita ingin dikenang dan dielu elukan dengan kebaikan. Bukan karena itu. Namun agar manfaat dari kebaikan yang kita lakukan dapat mengalir pahalanya sampai kapan pun, walau kita telah tiada. Agar ketika kita menghadapi fitnah kubur nanti, amalan amalan baik yang manfaatnya masih tinggal di dunia mengalir pahalanya buat kita.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)
Ukhti fillah
Maka pikirkanlah mulai saat ini, amalan jariyah apa yang akan aku persembahkan.
26 jumadal ula 1436 H
Indonesia
Comentarios